Wednesday, August 1, 2012

KENANGAN HIDUP

Inilah aku,,, tetap aku,,, dan menjadi aku apa adanya, karena aku,,, adalah apa yang aku pikirkan,,, dulu... sekarang dan yang akan datang... Aku adalah percikan terkecil dariMu ya Tuhan... Aku bangga menjadi bagian dari ciptaanMu. Dan aku memujaMu.... Sampai saat ini,,, detik ini aku sangat bersyukur,,, berterima kasih padaMu ya Tuhan karena masih diberi hidup, masih bisa bekerja dan mengabdikan diri di sini,,,, di sebuah perusahaan besar ternama... yaitu PT.Indonesia Power UBP Bali,, dan aku sangat bangga bisa bekerja di sini. Sekali lagi,,aku tetaplah aku,,, bukan koruptor, bukan provokator,bukan motivator,bukan inspirator,bukan diktator,bukan tikus berdasi,bukan juga Pemimpin. Walau aku bukan termasuk salah satu komponen tersebut di atas,,,,walau aku bukan Pemimpin di perusahaan ini,,,hehehehe... takkan ku biarkan mimpiku berakhir karena aku adalah seorang Pemimpi.
Seperti kata pepatah bijak, "Anda harus bermimpi besar, karena hanya mimpi besarlah yang punya kekuatan untuk menggerakkan pikiran manusia." Ketika kita mulai bermimpi besar,kepercayaan diri kita langsung meningkat. Kita akan merasa ada kekuatan yang lebih besar muncul dalam diri,sehingga kita lebih dimampukan untuk mengatasi apapun yang terjadi. Mulai saat itulah aku menjadi seorang PEMIMPI :D

Namaku Putu Akira, nama panggilanku Tukira. Aku berasal dari Denpasar, Jln.Nakula Gg I Br.Tampak Gangsul- Denpasar,, terlahir dari keluarga yang sederhana dengan gaya hidup pasang surut,, susah dan senang saling berdampingan. Bapakku bernama I Made Sugitha dan ibuku bernama Ni Nyoman Arini. Aku anak pertama dari 3 bersaudara yang  semuanya laki-laki dimana aku anak pertama,, adikku pertama bernama Made Akarada, adikku yang kedua bernama Agus Ariawan ( Agus Tanaka ). Dari sinilah kisah itu berawal.... Terlepas dari menyusui,, aku dibesarkan oleh kakek dan nenekku di Jl.Padma, legian sampai beranjak umur 5 thn. Lebih beruntung nasibku dibandingkan dengan kedua adikku yg hanya dibesarkan oleh seorang ibu karena sejak aku berusia 4 thn, dimana adikku yang pertama berusia 3 thn dan adikku yang kedua baru berusia 6 bulan,, bapakku pergi ke Australia dengan seorang bule. Ibuku saat itu bekerja di sebuah kantor.. kantor Lurah Dangin Puri kauh -Denpasar Timur,, dengan pekerjaan sambilannya sebagai penjahit baju kebaya. Aku belum bisa merasakan bagaimana beratnya beban ibuku waktu itu karena ditinggal pergi suami dan mengurus 3 orang anaknya. Sementara sejak umur 6 bln aku diasuh oleh kakek dan nenekku di Kuta.


Tempat yang dulunya sangat terkenal dan diminati oleh turis-turis asing terutama turis Australia sebagai tempat menginap,,,, tempat yang bernama Three Sister's Inn. Disanalah aku dibesarkan sampai usiaku menginjak 5 thn. Diasuh oleh nenek dan kakek dari umur 6 bln tanpa ASI membuat pertumbuhanku kurang baik,,, kurus... namun dibalik itu kehidupanku waktu itu masih beruntung dibandingkan kedua adikku... didikan nenek dan kakek membuat diriku manja di masa kanak-kanakku.




Foto Kenangan waktu kecil dgn nenekku ( kini beliau telah tiada - meninggal thn 2010)















Foto di sebelah kanan ini merupakan foto lawas disaat Three Sister's masih jaya,, banyak dikunjungi turis asing sebelum akhirnya hancur satu per satu menjadi puing-puing dan tinggal kenangan. Foto kenangan di thn 1977 dari kiri ke kanan ( Pak man Kawa, nenek : Ni Nym Sukri( almarhum) , bule: Margaret, Pak man Oplet/Mertha ( almarhum), Mek Tu : Ni Putu Kartika )





 Hancurnya dinasty Three Sister's mulai berawal thn 1992 karena kesalahan dalam management keuangan. Satu per satu bangunan hancur tanpa ada renovasi.
Inilah yang menjadi tugas beratku nanti.




Kembali ke cerita awal,, pada umur 5 thn aku harus berpisah dengan nenek dan kakek untuk mengikuti pendidikan TK di Denpasar ( TK Astiti ). Kembali aku diasuh oleh ibuku di Denpasar. Dari TK sampai SD kelas 1 aku selalu diantar dan dijemput oleh ibuku. Keuangan waktu itu sangatlah sulit dirasakan ibuku, untuk biaya hidup dan sekolah anak-anaknya. Bapakku yang jauh disana sekalipun tidak pernah mengirimkan uang ibuku... hanya nenek/kakek yang kadang-kadang membantu biaya hidup di rumah... sehingga makan pun waktu itu hanya dengan nasi dan pecel yang kami beli di warung seharga Rp.25,-  Aku sekolah SD di SDN 2 Denpasar, jalan Veteran ( itupun pindahan dari sekolah SD ku yang pertama di jln.Nangka yg letaknya cukup jauh dari rumah, makanya sejak kls 2 aku dipindahkan ke sekolah yang lebih dekat ). Menginjak usiaku 13 thn dimana aku mulai mulai menginjak kelas 5 SD, bapakku baru menampakkan dirinya dari Australia ( Sydney) dengan egonya yang tinggi tanpa membawa sepeser uang untuk kami terutama ibuku ( mama tercinta ), dia hanya membawa 2 onde-onde hangat dan sebuah pisang molen, tapi kami menerimanya dengan ikhlas. Kami yang mendambakan kasih sayang dari seorang bapak dari kecil, sebagaimana layaknya anak-anak lain yang sangat beruntung disayang oleh bapak dan ibunya,,, ternyata berbalik 180 derajat dengan yang kami bayangkan. Aku dan adik-adikku mendapatkan didikan yang keras dari bapakku, salah sedikit ditampar ditendang. Itu yang membuat jarak kami ( baik aku dan adik-adik ) dengan bapak kurang harmonis. " Wahai saudara-saudaraku,, beruntunglah kalian yang mendapatkan kasih sayang orang tua dari kecil ".

Tamat SD dengan berbekal NEM yang lumayan tinggi aku mendapatkan sekolah negeri unggulan SMPN 2 Denpasar yang terletak di jl.Gunung Agung,Denpasar. Perjuanganku di SMP berjalan selama 3 thn,,,, dan kenangan yang tak pernah aku lupakan saat aku duduk di bangku kelas 1 SMP, tamparan bapak ke mukaku secara bertubi-tubi membuatku mati kutu yang menyebabkan luka teramat dalam di hatiku,,,, dan kata-kata bapakku yang tidak pernah aku lupakan hingga saat ini, pada saat aku duduk di bangku kelas 2 SMA ( kebetulan aku mendapatkan sekolah teknik negeri pada saat itu yaitu STM Negeri Denpasar ) ,,,, sebuah kata-kata yang membuat aku bangkit dan bangkit, disaat aku minta dibelikan sebuah sepeda motor ( karena aku melihat kebanyakan teman-teman sekolahku sudah membawa sepeda motor, aku ikut tergoda untuk memiliki sepeda motor ),,,, namun apa jawaban bapakku ?  " Ci bisa nagih gen,,, kaden ci aluh ngalih pis,,,, bin pidan pang tawang ci kenken keweh nak ngalih pis,,, pang ngidang ci nekang sekaya jak didian."  ( " Kamu bisanya minta aja,,,, kamu kira gampang nyari uang, biar nanti kamu tahu bagaimana susahnya orang cari uang,,, biar kamu bisa datangkan kekayaan sendiri." )
Aku merasa jengah dengan perkataan bapakku itu, dan tidak pernah lagi menyebut yang namanya sepeda motor. Sampai saatnya kelulusan STM tiba







No comments:

Post a Comment